Jobfair hanya formalitas? Pernyataan ini makin sering terdengar, terutama di tengah maraknya unggahan warganet yang mengkritik pelaksanaan bursa kerja. Banyak yang beranggapan bahwa jobfair hanya formalitas, alias sekadar ajang pameran tanpa niat serius untuk merekrut karyawan. Bahkan, baru-baru ini muncul sebuah unggahan Facebook yang viral, diduga berasal dari seorang praktisi HRD, yang mengatakan:
â90% job fair itu hanya formalitas karena perusahaan dipaksa oleh pemerintah untuk memenuhi KPI partisipasiâ¦â
Unggahan ini menyulut perdebatan di berbagai platform media sosial, seperti Twitter dan Instagram. Sejumlah pengguna membagikan pengalaman pribadi mereka yang telah berkali-kali mengikuti jobfair, namun tak pernah mendapatkan panggilan kerja, bahkan sekadar konfirmasi email pun tidak. Hal ini memperkuat dugaan bahwa jobfair menurut HR hanyalah kegiatan simbolisâtanpa nilai rekrutmen nyata, apalagi keberpihakan kepada pencari kerja.
Dalam video viral, seorang HRD menyebut bursa kerja âhanya formalitas belakaâ dan perusahaan âdipaksa ikut sebagai KPIâ menurut finance.detik.comfinance.detik.com. Direktur Kebijakan Publik Celios juga menyatakan bahwa job fair pemerintah sering tidak efektif karena wajib ikut. Meski begitu, tidak semua setuju.
Banyak perusahaan seperti Kawan Lama Group dan JNE menegaskan bahwa lowongan di jobfair benar-benar dibutuhkan. Mereka bahkan melakukan walkâin interview langsung dan mencatat pelamar yang potensial di lokasi.
Suatu staff booth menyampaikan:
âKarena memang di job fair ini kita arahkan ke situs kami⦠kita bisa lihat secara langsung orangnya⦠bisa kita screening dari awal.â
Di beberapa daerah berdasarkan desas-desus di media sosial, perusahaan mengikuti jobfair bukan karena benar-benar membutuhkan karyawan, melainkan karena adanya dorongan dari pemerintah agar mereka berpartisipasi demi memenuhi target program ketenagakerjaan. Partisipasi ini sering dijadikan bagian dari Key Performance Indicator (KPI) lembaga pemerintah, sehingga keikutsertaan perusahaan cenderung bersifat simbolis. Akibatnya, banyak booth hanya memajang informasi tanpa proses seleksi yang nyata, yang memunculkan kesan bahwa jobfair hanya formalitas semata dan bukan sarana rekrutmen yang serius.
Banyak perusahaan yang hanya mengumpulkan CV saat jobfair, tanpa memberikan informasi jelas mengenai tahapan seleksi berikutnya, jadwal interview, atau tindak lanjut apa pun. Praktik seperti ini membuat jobfair terkesan hanya fokus pada pengumpulan data administratif, bukan perekrutan nyata. Menurut Direktur Celios, pendekatan daring justru lebih efektif karena memudahkan pelacakan proses seleksi dan komunikasi dengan pelamar. Jika tidak ada perbaikan, jobfair bisa semakin dipandang sebagai acara seremonial belaka tanpa dampak nyata bagi pencari kerja.
Jobfair tidak hanya berfungsi sebagai ajang rekrutmen, tetapi juga menjadi sarana branding yang penting bagi pemerintah dan perusahaan. Menurut Wakil Menteri Ketenagakerjaan, kehadiran institusi dalam jobfair menunjukkan komitmen terhadap penyerapan tenaga kerja dan menciptakan citra positif di mata publik. Selain itu, menurut laporan Pikiran Rakyat, jobfair yang diselenggarakan secara terbuka dan transparan bisa menjadi solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, khususnya dalam sektor yang membutuhkan pengisian posisi secara mendesak. Dengan hadir di acara semacam ini, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas merek sekaligus menjalin engagement langsung dengan para pencari kerja yang relevan.
Salah satu keunggulan utama dari jobfair adalah kesempatan untuk bertemu langsung dengan calon pegawai potensial. Interaksi tatap muka memungkinkan tim rekrutmen menilai aspek-aspek penting yang tidak selalu tercermin dalam CV, seperti kemampuan komunikasi, kepercayaan diri, etika profesional, dan antusiasme terhadap posisi yang dilamar. Beberapa perusahaan bahkan memanfaatkan momen jobfair untuk melakukan walk-in interview, di mana pelamar bisa langsung menjalani tahapan seleksi awal tanpa harus menunggu jadwal terpisah. Dengan cara ini, proses rekrutmen menjadi lebih cepat dan efisien, sekaligus memperkecil risiko mis-match antara kandidat dan kebutuhan perusahaan.
Jobfair bukan sekadar formalitas. Dengan persiapan dan implementasi tepat, event ini bisa jadi ajang rekrutmen efektif, branding, dan interaksi langsung para stakeholder.